Di Padang Sumaterea Barat saat ini terdapat sekitar 500
perlintasan kereta api ilegal (tidak berpalang) sehingga sangat membahayakan keselamatan
warga (Zainir, Republica.co.id). Semenjak tahun 2016 setidaknya telah terjadi
lebih dari 9 kali kecelakaan akibat kerata api di kecamatan Koto Tangah, yang
menyebabkan korban luka-luka dan meninggal (Polsek Koto Tangah). Belum lagi
dikecamatan-kecamatan yang lain. Untuk menempatkan penjaga di setiap
peelintasan kereta api, pemerintah Sumatera Barat tidak memiliki anggaran untuk
itu (Dedi Henidal, Dishubkominfo Kota
Padang).
Solusi
yang sudah dilakukan oleh Kapolsek KotoTangah dengan mengimbau, agar pengendara
yang melewati jalur perlintasan kereta api tanpa plang pintu selalu berhati-hati
dan jangan mendengarkan musik ketika di dalam mobil saat melintasi di simpang
rel kereta api kemudian selalu lihat kiri kanan. Kemudian dengan cara
memberdayakan tukang ojek menjaga perlintasan.
Usulan
solusi tersebut di atas sangat bergantung pada manusia, sehingga tingkat
keberhasilannya relatif dan sangat bergantung pada manusia tersebut (human error). Sentuhan teknologi tepat
guna dengan biaya relatif murah diharapkan dapat mengurangi tingkat kecelakaan
akibat kereta api. Caranya adalah memasang peringatan/ pesan diperlintasan
bahwa kereta api akan lewat melalui lampu
Teknisnya
adalah, sekitar 500m menjelang pelintasan dipasang sensor yang dapat mendeteksi
bahwa kereta api akan melintas, kemudian sensor akan memberi perintah pada
lampu, serine menyala dan memunculkan pesan bahwa kereta akan melintas .
Setelah kereta melewati perintasan maka lampu serine akan mati dan pesan
berganti menjadi hati-hati diperlintasan kereta api.
Alat ini dalam proses peramcangan dan pembuatan
oleh Dr. Hidayat, S.T., M,T, yang diperkirakan
menghabiskan biaya tidak lebih dari 2 juta rupiah untuk satu perlintasan.
Diharapkan tahun depan alat ini dapat diproduksi masal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar